SUAMIKU PALING SWEET
Suamiku paling sweet adalah ungkapan terhadap
suami yang berperilaku menyimpang, yaitu ungkapan terhadap pria yang menyukai
sesama jenis. Bila seorang wanita menikah dengan pria yang memiliki kelainan
seperti ini, niscaya rumah tangganya tidak akan bertahan lama. Wanita itu akan
menderita lahir dan batin bila bersuamikan seorang pria yang terkadang disebut “gay”.
Gay dalam bahasa asing
berarti gembira dan atau bebas tidak terikat. Namun saat ini, pengertian kata gay ini
lebih ditujukan kepada pria penyuka sesama jenis. Dalam hal penyebabnya,
para ahli ada
berbeda pendapat. Ada yang mengatakan gay itu bukan penyakit tapi gangguan
kejiwaan sehingga tidak bisa disembuhkan tapi harus diberikan terapi oleh
psikolog. Namun ada pula yang berpendapat bahwa perilaku pria
menyimpang
itu sebagai akibat perubahan hormonal pada tubuh seseorang sehingga jadi lebih
menyukai sesama jenis, bisa diobati tapi tetap harus diberikan terapi
juga.
Ada pula yang karena faktor lingkungan, misalnya
sewaktu kecil diasuh oleh seorang gay. Ada juga yang dikarenakan sewaktu kecil
pernah mengalami pelecehan seksual hingga membekas ketika mulai
remaja sampai dewasa memiliki perilaku yang menyimpang.
Siapapun wanita yang hendak
menjadi
Pengantin Baru, harus lebih banyak mencari tahu siapa “sebenarnya” calon
suaminya itu? Apakah dia benar pria sejati dan masih bujangan? Bagaimanakah
gaya hidupnya? Siapa saja teman-temannya ? Apakah sehat secara jasmani dan
rohani? Apakah calon suami tidak memiliki perilaku menyimpang seperti menyukai
sesama jenis.
Dan seterusnya, dan seterusnya.
Tanda-tanda
seorang pria paling sweet
Kembali kepada
permasalahan diatas, sebetulnya ada tanda-tanda yang bisa terbaca dari seorang pria
yang menyukai sesama jenis, walau mungkin tidak tepat sekali. Paling
tidak bisa sebagai tanda-tanda awal penilaian apakah si dia memiliki
kelainan atau
tidak?
Pria gay itu cenderung
berpenampilan modis dan rapi. Selalu berpakaian ketat. Parfum sepanjang hari
melekat di tubuhnya. Sopan dan ramah jika berbicara, apalagi ketika sedang
berbicara kepada pria tampan. Ramah, gestur dan sikapnya
cenderung agak gemulai.
Tanda-tanda
lainnya, biasa berpakaian ketat di badan. Suka bercelana putih (walau tidak semua
bercelana putih dan baju melekat itu seorang gay). Kemeja agak
berwarna-warni cenderung warna menyolok.
Tidak pernah meninggalkan parfum yang semerbak mewangi. Ini tanda-tanda
secara umum dari seorang pria homosexual, walau tidak seluruhnya benar.
Yang paling
sulit adalah mengetahui tanda-tanda seorang pria itu menyukai sesama jenis dan
juga lawan jenis. Secara gamblang, menyukai pria sekaligus wanita, ini yang
dikenal dengan istilah Bisexual. Pria tipe ini bisa melakukan aktifitas sebagai
pria normal melakukan kewajiban lahir dan batin kepada sang istri. Namun
terkadang masih mencari pria lain untuk berkencan. Sampai sekarang belum
ditemukan tanda-tanda atau ciri seorang pria bisexual, karena dia bisa memuji
kecantikan seorang wanita juga ketampanan pria.
Tips :
Tips Pertama,
Penting sekali untuk
mengetahui secara jelas siapa “sebenarnya” calon suami kita. Sifat dan
karakternya. Cari tahu melalui orang tuanya, keluarga, teman-teman dan
orang-orang yang mengenal atau berada di
lingkungan pergaulan dan pekerjaan calon suami. Dengan demikian dapat
diperoleh informasi yang lebih jelas tentang si dia.
Tips Kedua,
Banyak kasus
terjadi,
setelah menikah bertahun-tahun baru diketahui sisi kelam suami yang ternyata
seorang gay. Bila ini yang terjadi, jangan pojokan suami. Bicarakanlah secara
baik-baik dan terbuka, ajak ke psikolog untuk dilakukan terapi agar suami
berubah. Bujuk agar mau lebih taat beribadah. Jika tidak bisa juga berubah,
maka ambilah keputusan yang terbaik.
Tips Ketiga,
Tak kalah pentingnya, bagi
suami istri yang telah mempunyai anak tapi masih balita agar waspada. Terutama
bila si buah hati diasuh seharian oleh asisten rumah tangga. Juga bila telah
sekolah, agar selalu diawasi jangan sampai terjadi pelecehan seksual
terhadapnya. Trauma masa kecil bisa terbawa hingga dewasa dan membuat ia
pendendam. Ia ingin melakukan hal yang sama terhadap orang lain terutama sesama
jenis.
Tips
Keempat,
Walau tips ini masih
perku diuji kebenarannya, tapi perlu juga disimak untuk mengetahui apakah suami
Anda itu seorang pria homosexual atau bisexual. Mudah-mudahan ia seorang
heterosexual sejati.
Bila suatu saat,
kebetulan suami Anda memuji kecantikan seorang gadis yang lewat di depannya,
mungkin Anda bisa cemburu. Namun sebenarnya Anda juga bisa beruntung, karena si
dia adalah laki-laki sejati. Jadi jangan cepat-cepat marah. Sebaliknya bila
suami pernah atau berkali-kali melontarkan kekaguman terhadap kegantengan pria
lain, misalnya “Wah, aku jadi salah tingkah melihat sixpack anak muda itu”. Nah
untuk ini Anda wajib berhati-hati.
Waspada! Sekali lagi
waspada! Di sekitar lingkungan kita saat ini banyak sekali pelaku LGBT. Jadi
jangan salah memilih suami. Awasi suami kita, jangan sampai terjebak oleh rayuan mereka! Awasi
juga anak-anak kita!
***
Cerpen
Ilutrasi, Suamiku Paling Sweet,
Malam terus beranjak, namun bagiku
terasa amat panjang. Malam ini pertama kali aku sekamar dengan seorang pria di
rumah baru kami. Rumahnya Wendy, suamiku. Kami memang Pengantin Baru yang
pestanya berlangsung tadi sore. Pesta yang sangat meriah, karena Wendy adalah
putra dari seorang pengusaha kaya di kotaku. Mungkin itu juga menjadi salah
satu pertimbangan mama memilih Wendy.
Aku sendiri baru mengenalnya sekitar sebulan yang lalu. Itupun dikenalkan
oleh mama.
Wendy masih sibuk berhape,
entah dengan siapa. Aku tidak peduli. Berharap
semalaman, bahkan sampai pagi agar dia terus berhape ria, tapi dugaanku salah, baru
lima belas menit ia sudah mematikan hapenya dan menuju ke tempat tidur. Aku
yang sudah duluan di tempat tidur merasa takut dan malu. Campur aduk! Memang masih
merasa asing dengan Wendy, walau ia telah menjadi suamiku yang syah, karena
sampai hari ini baru bertemu dua kali. Suasana kamar pengantin yang agak
temaram ditingkahi wewangian semerbak harumpun belum bisa membuat perasaan ini
menjadi bergairah.
“Ntar ya San, aku lagi
nunggu telepon temen,” kata suamiku lembut sambil tersenyum manis dan
mengerdipkan mata. Senyum yang aneh, agak kemayu menurutku. Walau
nama lengkapku Sandra Dewi, tapi kelihatannya ia mencoba bersikap ramah dengan
hanya memanggilku “San”.
“Nggak apa-apa, Mas,”
jawabku dengan senyum tipis tersungging di bibir. Aku berharap semalaman
ini ia terus sibuk dengan temannya. Kalau perlu sampai seminggu atau bahkan
seterusnya. Entah kenapa aku betul-betul belum merasa siap menikah
dengan Wendy. Apalagi yang namanya cinta, belum pernah hadir di hatiku walau setitik.
“Kamu nggak lapar atau
haus, biar aku ambilkan makanan atau minuman?” tanya pria berkulit putih berwajah
bersih dan halus yang sekarang telah menjadi suamiku.
“Nggak Mas! Nggak usahlah.
Ini ada aqua kok!”
“Nah ini dia telepon yang
aku tunggu,” gumam suamiku seraya mengangkat hapenya dengan dering lagu Under
Pressure-nya Freddy Mercury. Katanya dia memang penggemar berat
penyanyi rock lawas itu. Sepintas aku dengar suamiku mengatakan “besok aja!” sebelum
menutup telepon.
“Sandra sayang, malam pertamanya kita
tunda dulu ya. Aku masih capek dan agak flu lagi,” kata Wendy seraya
merebahkan badannya di sampingku. Memang suaranya kedengaran agak serak,
entah karena gejala flu atau terlalu semangat menyanyi di pesta tadi siang. Untung saja tempat tidur
ini ukurannya jumbo. Jadi masih ada jarak yang cukup lebar antara aku dan
Wendy.
Aku hanya mengangguk
kecil. Tapi dalam hati bersorak gembira. Yes! Memang ini yang aku harapkan.
Tunda setahun pun nggak apa-apa!
Malam ini berlalu begitu
saja. Wendy langsung tertidur tanpa menyentuhku. Bahkan mencium pun tidak. Tapi
memang itu yang aku mau. Aku memang termasuk orang yang gampang tidur. Kalau
sudah tertidur, bisa nyenyak banget. Menjelang subuh baru terbangun. Semetara
Wendy masih tidur pulas.
***
Pukul delapan pagi, Wendy baru
bangun. Setelah mandi pamitan keluar
rumah. Ada urusan sebentar katanya, tapi sampai sore belum pulang. Baru sekitar
pukul sebelas malam ia pulang bersama seorang temannya. Laki-laki! Suamiku mengenalkan
temannya, Rudy namanya. Kata Wendy, ia ada bisnis di Jakarta dengan Rudy. Aku
sih merasa tidak begitu perlu mencari tahu lebih jauh tentang teman suamiku.
Hanya saja mereka terlihat akrab banget.
“San, sebetulnya Rudy mau
menginap di hotel, tapi aku tahani biar nginap disini aja. Di kamar tamu kita.
Nggak apa-apa kan?” tanya suamiku seraya menatap lekat mataku, tapi ada nada
penuh harap dalam ucapannya.
“Nggak apa-apa Mas, silahkan aja,” jawabku
polos. Malah kalau bisa lama-lama aja nginap disini biar suamiku sibuk terus,
batinku.
“Terimakasih, Mba. Baik
banget istri kamu ini Wen,” kata Rudy sambil tersenyum manis dan
mengerdipkan sebelah mata kepada Wendy.
Lagi-lagi aku merasa aneh
dengan senyuman Rudy. Ada sesuatu yang tidak lumrah untuk senyuman seorang
laki-laki. Terlalu manis dan sedikit manja! Manja atau kemayu ya? Ah, tapi aku
nggak mau ambil pusing mikirin hal-hal seperti ini.
“Sandra sayang, ini aku bawain Sate
Kambing. Ada tiga bungkus. Kamu makan duluan aja. Aku masih mau mandi, ntar
kelamaan nunggunya,” kata Wendy seraya menyerahkan tiga bungkus sate. “Oh ya San, tolong bikinin kopi untyk
Rudy dan aku. Kopi putih ya.”
Setelah kusiapkan semuanya
di meja tamu, akupun menyantap sate yang dibawa Wendy tadi di ruang makan. Sendirian. Sampai
selesai makan sate, barulah Wendy keluar dari kamar.
“San, aku ngobrol dulu
sama Rudy sekalian makan satenya. Ada bisnis di Jakarta yang mau dikerjakan
bareng sama Rudy. Rencananya besok pagi ke Jakarta. Mungkin sampai
agak malam ngerjain proposalnya. Nggak apa-apa ya kutinggal dulu?”
“Kok mendadak Mas?” Aku pura-pura bertanya,
biar kelihatan agak jengkel ditinggal sendiri, padahal dalam hati bersorak riuh
rendah. Hore … hore … hore! Lama-lama aja disana.
“Iya sebetulnya udah lama
direncanain, tapi sekarang mendesak untuk dikerjakan. Jadi terpaksa harus
berangkat besok. Ya udah kamu tidur aja! Aku ada kerjaan yang harus
diselesaikan malam ini juga sama Rudy. Udah ya sayang,” kata Wendy sembari bergegas menuju
ke ruang tamu.
***
Pukul satu dini
hari, aku tersentak
dan terbangun. Wendy tidak ada di kamar. Mungkin masih kerja bersama Rudy? Pelan-pelan
aku melangkah
keluar kamar,
tapi di ruang tamu sepi. Kemana mereka ya? Samar-samar terdengar suara
tertawa-tawa aneh Wendy dan Rudy dari kamar tamu. Aku beranjak kesana.
Kebetulan pintu tidak terkunci dan sedikit terbuka. Aku mencoba mengintip dari
celah pintu. Ingin tahu apa yang sedang mereka kerjakan
“Astagafirullah!” aku
menyebut Asma Allah berulang-ulang dalam hati. Mau muntah rasanya! Menjijikan!
Wendy dan Rudy berpeluk dan berangkulan mesra di kamar itu. Aku menjauh dan kembali
ke kamar tidur. Menangis sejadi-jadinya. Tak kusangka ternyata Wendy seorang
gay!
Aku ingin menjerit dan meratapi nasib, kenapa bisa menikah dengan laki-laki yang
memiliki kelainan. Masalah ini harus beritahukan kepada mama. Besok, ya besok, harus
kusampaikan berita ini. Aku tidak mau lagi
menjadi istrinya Wendy! Apapun yang terjadi, harus minta cerai!
Aku termenung sejenak, tapi gimana? Kan harus punya bukti untuk
bicara sama mama. Ya harus kufoto mereka biar mama percaya. Kusambar hape dan bergegas lagi menuju ke kamar tamu. Ternyata
mereka masih asyik dengan pekerjaan haram itu. Langsung saja berkali-kali ku
abadikan momen itu tanpa sepengetahuan Wendy dan Rudy. Setelah itu baru kembali ke kamar.
***
Pagi-pagi, Wendy sudah rapi, bercelana putih
dan mengenakan kemeja warna orange yang melekat ketat di badannya. Aroma parfumnya membuatku
terbangun karena langsung menyengat ke hidung. Memang Wendy
selalu memakai pafum merek terkenal.
“Tadi malam
tidurmu terlalu nyenyak ya San. Aku mau bangunin tapi nggak enak,” ucap Wendy sambil duduk di ujung tempat
tidur. “Oh ya, tadi pagi aku masih sempat lari pagi dengan Rudy.
“Nggak apa-apa Mas,” jawabku singkat. Lagi-lagi aku tersenyum, tapi senyum itu terasa hambar, teringat perilaku mereka tadi malam. Perkataannya tentang “lari pagi” pun tak ku tanggapi, tapi memang Wendy paling suka jogging.
“Nggak apa-apa Mas,” jawabku singkat. Lagi-lagi aku tersenyum, tapi senyum itu terasa hambar, teringat perilaku mereka tadi malam. Perkataannya tentang “lari pagi” pun tak ku tanggapi, tapi memang Wendy paling suka jogging.
“San, aku pergi dulu ya.
Paling beberapa hari aja. Sayang kalau nggak diambil kerjaan ini,” katanya
sambil meraih tas yang sudah kusiapkan.
“Ya Mas,’ jawabku datar. Seolah
tidah pernah melihat kejadian tadi malam antara Wendy dan Rudi. Mungkin karena
posisi tidurku di sebelah dinding dan agak susah dijangkau, sehingga Wendy
tidak mencoba memberikan kecupan. “Aku
nggak keluar kamar Mas, masih ngantuk.”
“Ya sudah, aku berangkat
dulu sama Rudy.”
Itulah ucapan terakhir
Wendy, karena pesawat terbang yang mereka tumpangi jatuh terbakar tidak jauh
dari lapangan terbang Polonia. Hampir semua penumpangnya meninggal dunia,
termasuk Wendy dan Rudy. Aku tak tahu harus bersedih atau senang
kehilangan suami, tapi yang pasti merasa lega.
Semoga
bermanfaat!
Belum ada Komentar untuk "SUAMIKU PALING SWEET"
Posting Komentar